Mazmur 51 : 1 – 15
Dari perikop bacaan kita saat ini, kami mengambil satu ayat yang menjadi titik perenungan kita, yaitu ayatnya yang ke 9 bahagian (b), “Basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju”. Persoalan disekitar putih – memutih adalah merupakan hal yang sudah sering dan tentunya banyak kali kita lakukan. Bahkan hal inipun banyak mendominasi iklan-iklan ditelevisi. Mulai dari pemutih pakaian, pemutih kulit, sampai dengan pemutih wajah.
Untuk memiliki wajah dan kulit yang putih bersih misalnya, kita seringkali rela untuk menghabiskan banyak uang, membeli berbagai kosmetik untuk mendapatkan seperti apa yang kita harapkan. Dan hal ini tentunya tidaklah salah karena menyangkut hak kita setiap orang. Hal ini juga tidak ada orang lain yang dapat melarang. Namun yang menjadi persoalan disini adalah : “Kita sebagai manusia seringkali lebih mengejar putih secara lahiriah saja, kita lebih banyak berusaha untuk memutihkan diri, atau tampil lebih cantik dan gagah secara fisik saja, padahal yang namanya cantik dan gagah itu tentunya mencakup lahir dan bathin seseorang”.
Sangat jelas diceritakan, bagaimana Raja Daud harus bersujud di hadapan Tuhan.......memohon, agar hatinya dibasuh menjadi putih seperti salju......
Mengapa hal ini dilakukan oleh Raja Daud? Oleh karena dia sungguh menyadari betapa beban dosa yang dialaminya sangat berat, yang pernah dilakukannya dihadapan Tuhan. Daud sadar akan hal itu, setelah nabi Natan diutus oleh Tuhan untuk datang memperingatkan dia (dalam ayatnya yang ke 2 bacaan kita saat ini).
Sebagai seorang Raja, sebenarnya Daud memiliki kekuasaan besar untuk melakukan apa yang dingini hatinya, sejauh keinginan itu tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan tentunya.
Namun apa yang dilakukan Daud, sangat menyedihkan dan mendukakan hati Tuhan......dimana, Daud telah berzinah dengan Betsyeba dan untuk mencapai keinginan hatinya, ia tega merencanakan kematian Uria suami dari Betsyeba, dengan membiarkan Uria ditewaskan dengan pedang dimedan pertempuran (kejadian ini diceritkan dalam bahagian Alkitab yang lain, dapat kita lihat dalam 2 Samuel 12 : 1-15).
Beban yang harus ditanggung oleh Daud amatlah berat. Namun syukurlah, Tuhan masih mengasihi Daud, sehingga Ia mengutus nabi Natan untuk menegur Daud. Dan teguran inipun didengar oleh raja Daud, sehingga ia bertekad untuk merobah segala tindakan, membaharui diri dan berjalan sesuai rencana dan kehendak Tuhan. Teguran ini bukan hanya didengar begitu saja oleh Daud, tetapi dia benar-benar menyadari akan kesalahannya, dan ada niat yang sungguh-sungguh untuk merubah segala perilakunya yang buruk, dia ingin memperbaharui dirinya. Daud sungguh-sungguh menyadari perbuatannya dan bertobat, walaupun ia harus menanggung akibat dari perbuatannya itu.
Kalau kita mencermati lebih dalam lagi Mazmur 51, perikop bacaan ini merupakan ungkapan penyesalan dan pertobatan Daud yang cukup luar biasa. Mungkin dari luar, Daud kelihatan “putih” dihadapan rakyatnya, oleh karena perjuangannya yang sangat luar biasa dengan sejumlah kesuksesannya sebagai seorang pemimpin. Tetapi dihadapan Tuhan, Daud benar – benar merasa tidak berarti apa-apa........... oleh sebab itu ia memohon dengan sangat kepada Tuhan untuk dapat mengampuni dosanya. Ia memohon agar Tuhan membasuhnya, sehingga hatinya yang kotor diubah menjadi putih seperti salju.
Pengakuan dan keterbukaan raja Daud dihadapan Tuhan inilah yang menjadi inti perenungan kita dalam persekutuan saat ini. Daud mengaku dihadapan Tuhan akan segala dosanya dan oleh karena itu dia memohon kiranya Tuhan masih berkenan untuk dapat memperbaharui hatinya. Kiranya hal ini juga dapat menggugah hati kita semua dan kita mau merenungkan lebih dalam lagi perjalanan hidup yang telah kita lalui.....
Ketika kita mau berkata jujur dan mau terbuka dihadapan Tuhan, tentunya setiap kita tidak terkecuali, pasti akan mengakui bahwa dihadapan Tuhan kita tidak berarti apa-apa. Dihadapan Tuhan kita tentunya adalah manusia yang serba berkekurangan, yang seringkali mudah jatuh kedalam dosa pencobaan.
Kebenaran Firman Tuhan saat ini, hendak mengarahkan saya, Bapak/Ibu/saudara-saudara dan kita semua, agar kita jangan hanya berupaya untuk menjadi putih secara lahiriah saja....tetapi lebih dari itu kita akan berupaya juga untuk menjadi putih secara lahir dan batin. Kita mau membuka diri dihadapan Tuhan, dan mau mengaku akan kesalahan yang pernah kita perbuat, serta memohon untuk dapat dipulihkan oleh Tuhan. Marilah kita terus berusaha untuk mengutamakan kejernihan hati. Ketika ada keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang berkecamuk didalam hati dan pikiran kita, kita dapat mengambil waktu untuk duduk berdoa dihadapan Tuhan, meminta pertolongan hanya kepada Tuhan Yesus.......... Sebab hanya dengan kuasa Yesus, kita dapat menerima pengampunan, sehingga kita bisa memiliki hati yang putih seperti salju.
Dengan demikian, pancaran kemuliaan Allah akan terus menyala lewat perbuatan dan segala tindakan kita dalam menjalani hari-hari kehidupan ini, dimana TUHAN masih menganugerahkan kehidupan bagi kita semua. Menjadi perenungan kita bersama, bahwa betapa mulia hati Tuhan Yesus, yang mau rela berkorban untuk membasuh dosa kita. Pertanyaan bagi kita semua.....Apakah kita masih ingin terus mendukakan hati Tuhan?
Untuk memiliki wajah dan kulit yang putih bersih misalnya, kita seringkali rela untuk menghabiskan banyak uang, membeli berbagai kosmetik untuk mendapatkan seperti apa yang kita harapkan. Dan hal ini tentunya tidaklah salah karena menyangkut hak kita setiap orang. Hal ini juga tidak ada orang lain yang dapat melarang. Namun yang menjadi persoalan disini adalah : “Kita sebagai manusia seringkali lebih mengejar putih secara lahiriah saja, kita lebih banyak berusaha untuk memutihkan diri, atau tampil lebih cantik dan gagah secara fisik saja, padahal yang namanya cantik dan gagah itu tentunya mencakup lahir dan bathin seseorang”.
Sangat jelas diceritakan, bagaimana Raja Daud harus bersujud di hadapan Tuhan.......memohon, agar hatinya dibasuh menjadi putih seperti salju......
Mengapa hal ini dilakukan oleh Raja Daud? Oleh karena dia sungguh menyadari betapa beban dosa yang dialaminya sangat berat, yang pernah dilakukannya dihadapan Tuhan. Daud sadar akan hal itu, setelah nabi Natan diutus oleh Tuhan untuk datang memperingatkan dia (dalam ayatnya yang ke 2 bacaan kita saat ini).
Sebagai seorang Raja, sebenarnya Daud memiliki kekuasaan besar untuk melakukan apa yang dingini hatinya, sejauh keinginan itu tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan tentunya.
Namun apa yang dilakukan Daud, sangat menyedihkan dan mendukakan hati Tuhan......dimana, Daud telah berzinah dengan Betsyeba dan untuk mencapai keinginan hatinya, ia tega merencanakan kematian Uria suami dari Betsyeba, dengan membiarkan Uria ditewaskan dengan pedang dimedan pertempuran (kejadian ini diceritkan dalam bahagian Alkitab yang lain, dapat kita lihat dalam 2 Samuel 12 : 1-15).
Beban yang harus ditanggung oleh Daud amatlah berat. Namun syukurlah, Tuhan masih mengasihi Daud, sehingga Ia mengutus nabi Natan untuk menegur Daud. Dan teguran inipun didengar oleh raja Daud, sehingga ia bertekad untuk merobah segala tindakan, membaharui diri dan berjalan sesuai rencana dan kehendak Tuhan. Teguran ini bukan hanya didengar begitu saja oleh Daud, tetapi dia benar-benar menyadari akan kesalahannya, dan ada niat yang sungguh-sungguh untuk merubah segala perilakunya yang buruk, dia ingin memperbaharui dirinya. Daud sungguh-sungguh menyadari perbuatannya dan bertobat, walaupun ia harus menanggung akibat dari perbuatannya itu.
Kalau kita mencermati lebih dalam lagi Mazmur 51, perikop bacaan ini merupakan ungkapan penyesalan dan pertobatan Daud yang cukup luar biasa. Mungkin dari luar, Daud kelihatan “putih” dihadapan rakyatnya, oleh karena perjuangannya yang sangat luar biasa dengan sejumlah kesuksesannya sebagai seorang pemimpin. Tetapi dihadapan Tuhan, Daud benar – benar merasa tidak berarti apa-apa........... oleh sebab itu ia memohon dengan sangat kepada Tuhan untuk dapat mengampuni dosanya. Ia memohon agar Tuhan membasuhnya, sehingga hatinya yang kotor diubah menjadi putih seperti salju.
Pengakuan dan keterbukaan raja Daud dihadapan Tuhan inilah yang menjadi inti perenungan kita dalam persekutuan saat ini. Daud mengaku dihadapan Tuhan akan segala dosanya dan oleh karena itu dia memohon kiranya Tuhan masih berkenan untuk dapat memperbaharui hatinya. Kiranya hal ini juga dapat menggugah hati kita semua dan kita mau merenungkan lebih dalam lagi perjalanan hidup yang telah kita lalui.....
Ketika kita mau berkata jujur dan mau terbuka dihadapan Tuhan, tentunya setiap kita tidak terkecuali, pasti akan mengakui bahwa dihadapan Tuhan kita tidak berarti apa-apa. Dihadapan Tuhan kita tentunya adalah manusia yang serba berkekurangan, yang seringkali mudah jatuh kedalam dosa pencobaan.
Kebenaran Firman Tuhan saat ini, hendak mengarahkan saya, Bapak/Ibu/saudara-saudara dan kita semua, agar kita jangan hanya berupaya untuk menjadi putih secara lahiriah saja....tetapi lebih dari itu kita akan berupaya juga untuk menjadi putih secara lahir dan batin. Kita mau membuka diri dihadapan Tuhan, dan mau mengaku akan kesalahan yang pernah kita perbuat, serta memohon untuk dapat dipulihkan oleh Tuhan. Marilah kita terus berusaha untuk mengutamakan kejernihan hati. Ketika ada keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang berkecamuk didalam hati dan pikiran kita, kita dapat mengambil waktu untuk duduk berdoa dihadapan Tuhan, meminta pertolongan hanya kepada Tuhan Yesus.......... Sebab hanya dengan kuasa Yesus, kita dapat menerima pengampunan, sehingga kita bisa memiliki hati yang putih seperti salju.
Dengan demikian, pancaran kemuliaan Allah akan terus menyala lewat perbuatan dan segala tindakan kita dalam menjalani hari-hari kehidupan ini, dimana TUHAN masih menganugerahkan kehidupan bagi kita semua. Menjadi perenungan kita bersama, bahwa betapa mulia hati Tuhan Yesus, yang mau rela berkorban untuk membasuh dosa kita. Pertanyaan bagi kita semua.....Apakah kita masih ingin terus mendukakan hati Tuhan?
Terpujilah Yesus Kristus, Amin.